Sabtu, 25 Februari 2017

Pengertian Dan Tahapan Dalam System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah segala bentuk proses, tahapan, langkah atau siklus yang dilalui oleh  Analis Sistem dalam pembuatan, pengubahan, dan perawatan serta metodologi yang digunakan untuk pengembangan pada sebuah sistem.

Dapat dikatakan juga SDLC merupakan alur kerja baku dalam pembuatan sistem. SDLC bukan hanya semata diperlukan dalam tahap pembuatan atau pengembangan sebuah sistem namun juga mencakup tahap maintenance yang sangat penting dalam sebuah sistem.

Dalam SDLC sendiri bisa menggunakan berbagai macam metodologi. Metodologi-metodologi yang dapat digunakan dalam SDLC antara lain: Metodologi Waterfall (Air Terjun), Metodologi Spiral, Rapid Application Development (RAD), dan Prototyping. Masing-masing metodologi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, dalam SDLC kebanyakan cenderung menggunakan metolodi Waterfall. Hal ini dikarenakan kelebihan metodologi Waterfall sebagai berikut:
1. Proses pengembangan sangat terstruktur dan sistematik.
2. Melalui definisi kebutuhan, sehingga kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan sistem yang dihasilkan dapat diminimalisir.
3. Menghasilkan petunjuk arah pengembangan yang jelas bagi manajemen.

SDLC menggunakan metodologi  waterfall perlu waktu cukup panjang dalam pengembangannya, hal ini dikarenakan jika satu tahap belum selesai dikerjakan maka kita tidak bisa melangkah untuk mengerjakan tahap selanjutnya. Hal ini lah yang merupakan kelemahan dalam penggunaan SDLC. Berikut adalah contoh metodologi 'Waterfall'.



SDLC dibagi menjadi 5 tahap, yaitu Perencanaan Sistem (System Planning), Analisis Sistem (System Analysis), Perancangan Sistem (System Design), Implementasi Sistem (System Implementation), Pemeliharaan Sistem (System Maintenance).


Tahap-tahap diatas akan dijelaskan sebagai berikut.

A. Perencanaan Sistem (Systems Planning)
Pada tahap ini ditekankan pada aspek studi kelayakan pengembangan sistem (feasibility study).
Hal-hal yang dilakukan adalah :
• Pembentukan dan konsolidasi tim pengembang.
• Mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan.
• Mengidentifikasi apakah masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan melalui pengembangan sistem.
• Menentukan dan evaluasi strategi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem.
• Penentuan prioritas teknologi dan pemilihan aplikasi.

B. Analisis Sistem (Systems Analysis)
Analisa sistem adalah tahap di mana dilakukan beberapa aktivitas berikut:
• Melakukan studi literatur untuk menemukan suatu kasus yang bisa ditangani oleh sistem.
• Brainstorming dalam tim pengembang mengenai kasus mana yang paling tepat dimodelkan dengan sistem.
• Mengklasifikasikan masalah, peluang, dan solusi yang mungkin diterapkan untuk kasus tersebut.
• Analisa kebutuhan pada sistem dan membuat batasanĂ‚ sistem.
• Mendefinisikan kebutuhan sistem. 

C. Perancangan Sistem (Systems Design)
Pada tahap ini, features dan operasi-operasi pada sistem dideskripsikan secara detail. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah:
• Menganalisa interaksi obyek dan fungsi pada sistem.
• Menganalisa data dan membuat skema database.
• Merancang user interface.

D. Implementasi Sistem (Systems Implementation)
Tahap berikutnya adalah implementasi yaitu mengimplementasikan rancangan dari tahap-tahap sebelumnya dan melakukan uji coba. Dalam implementasi, dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
• Pembuatan database sesuai skema rancangan.
• Pembuatan aplikasi berdasarkan desain sistem.
• Pengujian dan perbaikan aplikasi (debugging).

E. Pemeliharaan Sistem (Systems Maintenance)

Dilakukan oleh admin yang ditunjuk untuk menjaga sistem tetap mampu beroperasi secara benar melalui kemampuan sistem dalam mengadaptasikan diri sesuai dengan kebutuhan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Tidak ada komentar:

Posting Komentar